MASYARAKAT, SANTRI SLAF DAN NON SALAF
Sama-sama belajar, menjawatkan ilmu, mengejawantahkan
diri di instansi informal, dan menimba wawasan dengan wawasan dengan harapan
mempunyai cakrawala luas untuk bekal esok hari. Itulah yang mayoritas orang
sebut santri. Namun setelah masuknya kolonialisme beberapa abad yang lalu, yang
membwa suatu system pembelajaran yang biasa di sebut sekolah formal, dan sampai
saat ini institusi yang di lahirkan colonial tersebut berkembang sangat pesat.
Shingga kalu pada zaman dahulu hanya anak yang bergolongan darah biru saja yang
dapat merasakan, sekarang seoa orang bisa merasakannya dan menikmati bangku
sekolah,. Santri pun tidak lepas dari member tersebut. Dan pasca adanya lembaga
formal tersebut, melahirkan suatu perbedaan antara santri salaf dan non salaf.
, dan juga tidak luput dari faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pola
pikir setiap orang yang mendapat kebudayaan tersbut.
SANTRI SALAF
Tokoh pelajar yang satu ini cenderung memiliki mindset yang masih berbau konsep traditional
culture, dan masih memegang teguh prinsip keluhuran budi dan akhlaknya.
Terlebih di tunjang religion science yang di berikan oleh staf pengajar
di mana ia tinggal, sehingga apabila seorang santri salaf tersebut mendapat
suatu perintah, ia akan melaksanakannya tanpa menengok kanan-kiri
depan-belakang ,dan berdasarkan iklasul amal pula, karena ia yakin bahwa
selain ia harus menuntut ilmu ia juga harus mencari barokah sebagai penunjang
keberkahan ilmu yang ia pelajari dimana itu bisa di dapatkan salah satunya
dengan mengabdi. Biasanya, santri ini lebih terfokuskan pada satu bidang ilmu,
yakni keagamaan, dan juga lebih dicocoki dengan jam ngaji lebih, sehingga
peluang untuk keluar,baik jalan-jalan maupun mengunjungi pusat kota dimana
macam kultur dan budaya berada, sehingga pengaruh-pengaruh dari luar akan
sangat sulit ia terima.
SANTRI NON-SALAF
Lain halnya dengan pelajar yang ini, selain fokus
belajar di pesantren, ia juga harus fokus pada mata pelajaran formal, dimana ia
akan lebih bisa leluasa berbaur dengan banyak orang yang mempunyai kultur dan
budaya yang beragam, dan banyak materi-materi pelajaran umum, sehingga tidak
heran andai saja santri yang satu ini mengalami perubahan sosial yang lebih
dominan dari santri salaf, juga tak heran seandainya ada beberapa kultur luhur
yang mulai tergerus oleh perkembangan zaman. Dengan faktoractorya
1. Moderanisasi yang merupakan bentuk
transformasi dari keadaan yang kurang maj / berkembang kea rah yang lebih dari
itu (viva pakarindo :page 23).
2. Westernisasi , di mana ini merupakan tata
cara kehidupan meniru langsung ke dunia barat tanpa ada seleksi atau
penyesuaian dengan budaya setembat , dan juga yang sering di adopsi oleh orang
yang ingin cepat di katakana modern , takut ketinggalan zaman dan demi gengsi.
Walaupun tidak semua kalangan santri mendapat efek tersebut, namun mayoritas
lebih dominan mengikuti pola hidup dari apa yang mereka dapatkan.
By: Muhammad
zainal muttaqin
Santri
pelajar mahasiswa aswaja nusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar