A.
Metodologi Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dengan menggabungkan berbagai model pembelajaran yang efektif. Semua pola tersebut
berbasis pada model student-teacher aesthetic role-sharing, atau dalam
bahasa komunitas tamansiswa, ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangunkarso,
tutwuri handayani, yakni guru harus mampu secara luwes dan memposisikan diri
dalam pembelajaran, kapan di depan, di tengah, dan di belakang. Pembelajaran
dilakukan secara ngangeni, tidak
menekan, dan inspiratif. pendidikan orang dewasa dan partisipatoris. Selain,
hadirnya ruang kreativitas dan dialektika gagasan kritis yang memadai
juga merupakan bagian dari proses. Di antaranya:
1.
Bandongan.
Model ini merupakan metode standar pesantren, yang dilakukan secara
kelas, dengan satu pengampu yang diikuti oleh seluruh peserta kelas
bersangkutan.
2.
Sorogan. Metode ini dilakukan untuk memperkuat
pemahaman santri dalam membaca teks kitab kuning, yang dilakukan seorang
pengampu dengan santri satu per satu. Dalam metode ini santri diminta untuk
menjelaskan (tatbiq) konteks nahwu, shorof, dan memahami maksud teks.
3.
Diskusi kelompok (musyawarah). Metode ini
dilakukan dengan peserta semua santri untuk mengkaji materi pelajaran secara
mandiri, tanpa didampingi oleh pengampu (guru).
4.
Bahsul masaail. Metode ini digunakan untuk
melakukan riset teks atau pustaka untuk menjawab berbagai persoalan
kontemporer.
5.
Short-course. Metode ini diadakan untuk
memberikan materi-materi tematik, seperti pelatihan menulis, pelatihan
riset, yang dilakukan secara
incidental sesuai kebutuhan.
6.
Bedah kitab-buku. Metode ini digunakan untuk
menimbang gagasan pokok dalam sebuah buku-kitab, kritik terhadapnya, dan komparasinya
dengan buku lain.
7.
Kajian film. Metode ini digunakan untuk
memperkuat listening dalam bahasa dan mengasah nalar kritis santri terhadap gagasan dalam film.
8.
Live-in, mini-trip, meet the leader. Metode
ini digunakan untuk melihat persoalan secara langsung, melakukan pengamatan,
pelatihan analisis dan integrasi sosial, pengorganisasian masyarakat,
pendampingan, dan berbagai pengalaman dengan tokoh.
9.
Konseling. Metode ini digunakan untuk memberi
kesempatan kepada santri untuk mendapatkan bimbingan ilmiah, psikologis, dan
lainnya secara private.
B.
Nilai-Nilai
Pendidikan
1. Tauhid
Tauhid merupakan nilai tertinggi dalam
pendidikan. Tauhid merupakan kombinasi iman (keyakinan), Islam (kepasrahan),
ihsan (kesadaran akan kehadiran Alloh swt dalam semua kehidupan), dan taqwa
ketulusan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Tauhid menciptakan kesadaran historis bahwa
manusia adalah hamba Allah swt. Penghayatan dan keyakinan mengenai keesaan
Allah swt memiliki berbaga manfestasi,
di mana mencari pengetahuan merupakan manifestasi paling mulia. Tauhid
merupakan konsep yang all-ambracing dalam
segenap proses pendidikan. Tauhid mendorong
kesatuan umat manusia, kesatuan manusia dan alam, dan kesatuan antara ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai. Tauhid membuat keseluruhan aktivitas akademik
menjadi bermakna dan memiliki tautan pijakan trandental.
2.
Adil
Adil adalah
cara berfikir, bersikap, bertindak yang tegak dan lurus, tidak terjebak dalam
salah satu dari dua kutub ekstrem. Adil
adalah memperlakukan sesama secara sama, tidak mendiskriminasi, tidak
membeda-bedakan, menunaikan hak orang lain secara penuh, menempatkan sesuatu
sesuai tempatnya, memberi penilaian/hukuman dengan adil. Adil adalah setimbang, menjaga kesetimbangan
yang sudah strukturnya sudah ada dalam mikrokosmos dan makrokosmos. Menciptakan kesetimbangan dalam mikrokosmos
dan makrokosmos merupakan tugas abadi dalam
3.
Amanah dan
Jujur
Dalam kehidupan yang serba materialistis, kepalsuan, kebohongan,
dan kamuflase ini, sikap amanah dan jujur mendapat tantangan besar. Namun
demikian perlu terus dipertahankan. Sikap amanah dan jujur ditumbuhkan dengan membangun tradisi kejujuran
baik pada diri sendiri maupun pihak lain. Sikap tidak jujur akan menodai
prinsip amanah, karena itu civitas akademik harus dikenai sanksi kelembagaan
secara tegas. Amanah sebagai ruh kehidupan harus terus dipertahankan, dibiasakan,
dan ditradisikan dalam sikap dan perilaku sehari-hari civitas akademik, baik di
lingkungan kampus maupun kehidupan. Kehidupan
pribadi dan sosial akan hancur jika tidak dibangun atas fondasi komitmen
menepati janji. Janji kepada diri sendiri, janji kepada keluarga, janji kepada
masyarakat, janji kepada organisasi merupakan ekspresi keimanan sekaligus
menjadikan kehidupan berjalan dengan baik dan benar. Janji yang selalu ditepai akan melahirkan
kepercayaan sosial yang tinggi yang menjadi sendi kehidupan masyarakat.
Sebaliknya, janji yang tidak ditepati akan menghancurkan sistem sosial,
kepercayaan sosial, konflik, permusuhan, dan kerja sama dalam hidup.
4. Ibadah (pengabdian)
Pergulatan akademik, baik pendidikan dan pengajaran, kajian dan
riset, haruslah berangkat dari semangat pengabdian baik mengabdi pada
almamater, keluarga, masyarakat, umat, bangsa, dan seluruh umat manusia. Dengan
demikian, aktivitas akademik bukanlah untuk mencari penghasilan, mencari
pengaruh, mencari jabatan, namun sebagai
tugas manifestasi dari ibadah mulia. Dengan semangat pengabdian itu, para
lulusan akan gigih dan ikhlas membangun dan memajukan agama, masyarakat, dan
bangsa.
5. Zuhud
Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa
asketik (bersikap zuhud). Karena pada dasarnya sikap materialistik (hubbud
dunya war-riyasah) akan menggerogoti sikap amanah dan akan merapuhkan semangat
perngabdian. Zuhud bukanlah anti
duniawi, anti kemajuan, tetapi menempuh hidup sederhana, tahu batas, tahu
kepantasan sebagaimana diajarkan oleh para salafus sholih. Dengan sikap
asketik itu integritas kelimuan dan lulusan aswaja nusantara akan terjaga,
sehingga kekuatan moral yang dimiliki bisa digunakan untuk menata bangsa ini. Imam
Junaid menegaskan "Zuhud bukan dengan meninggalkan dunia, tetapi dengan
menempatkannya hanya di tangan, bukan di hati."
6.
Tawakkul
(tawakal)
Di tengah
problematika kehidupan yang semakin kompleks dan rumit seperti saat ini,
dibutuhkan sikap tawakal, yang berarti menyandarkan segala ikhtiar pada Alloh
swt, adanya harapan dan optimisme bahwa segala sesuatu selalu ada solusi di mana Alloh swt tidak akan menyi-nyiakan
amal perjuangan, selalu menolong hamba-hamba-Nya yang sholih,
7. Ukhuwwah
Persaudaraan keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan merupakan prinsip sosial yang
menjadi tiang pancang harmoni kehidupan beragama, bermasyarakat, dan bernegara.
Proses pendidikan dirancang untuk membangun kesadaran kritis mengenai
persaudaraan di tengah dominasi individualisme dan persaudaraan sempit yang
membelah persatuan dan kesatuan sebagai umat Islam, bagian masyarakat, dan
warga negara bangsa.
8. Uswatun hasanah
Keteladanan yang baik merupakan prinsip
dasar yang harus dimiliki setiap pemimpin masyarakat. Kepemimpinan akan
memiliki legitimasi moral dan sosial jika dibangun atas dasar visi yang kuat,
program yang baik, pelaksanaan yang hebat, serta keteladanan yang inspiratif.
Keteladanan merupakan ekspresi akan keyakinan terhadap nilai-nilai dasar yang
diyakini kebenarannya. Kumpulan nilai-nilai dasar tidak akan ada artinya jika
tidak disertai keteladanan implementasinya dalam kehidupan nyata.
9. Ikhlas
Semua manusia akan hancur, kecuali orang
yang beriman. Semua orang yang beriman akan hancur kecuali orang yang berilmu.
Semua orang yang berilmu akan hancur kecuali orang yang mengamalkan ilmunya.
Semua yang mengamalkan ilmunya akan hancur kecuali orang yang ikhlas dalam
beramal. Dialektika akan berjalan kea rah positif jika dan hanya jika setiap
aktivisme kita didasari oleh ketulusan, tanpa pretense, tanpa pamrih, semuanya
semata karena kebaikan dan lillah-ta’ala.
C.
Durasi Pendidikan
Pendidikan ini dapat ditempuh secara utuh sekitar selama 5 tahun. Akan tetapi, dapat dipadatkan menjadi sekitar 3 tahun (sesuai dengan kapasitas input).
D.
Kurikulum
Struktutr Kurikulum diturunkan dari 4 kompetensi
berikut ini, yang dijabarkan dalam silabus sesuai dengan tingkat satuan
pendidikan masing-masing:
1.
Dirosah
Islamiah Pesantren
a.
Tauhid
b.
Fiqh
c.
Nahwu
d.
Shorf
e.
Tajwid
f.
Akhlak
g.
Balaghoh
h.
Mantiq
i.
Ushul Fiqh
j.
Tafsir
k.
Hadits
l.
Tasawwuf
m.
Ke-aswaja-an
n.
Ke-NU-an
2.
Bahasa
a.
Bahasa Indonesia
b.
Bahasa Jawa
c.
Bahasa Arab
d.
Bahasa Inggris
3.
Metodologi
1)
Tingkat
SD-SMA
a.
Mind-Mapping
b.
Analisis Diri
c.
Komunikasi
d.
Respect-Care-Responsible
e.
Kreativitas
f.
Sense of Curiosity (eskploratif)
g.
Berani Bermimpi
h.
Belajar Efektif
i.
Berfikir Ilmiah
j.
Mini-Riset
2)
Tingkat
Mahasiswa-Pasca
a.
Logika
b.
Epistemologi
c.
Filsafat Ilmu
d.
Statistika
e.
Pengantar Riset
f.
Analisis Sosial
g.
Riset Kuantitatif
h.
Riset Kualitatif
i.
Riset Advokasi
j.
Riset Keislaman
4.
Leadership
1)
Tingkat
SD-SMA
a.
Public-Speaking
b.
Creative Writing
c.
Meet the Leader
d.
Manajemen Waktu
e.
Mini-Trip
f.
Pengantar Sejarah
g.
Social Involvement
h.
Pengantar Organisasi dan Manajemen
i.
Manajemen Konflik
j.
Creative Enterpreneurship
2)
Tingkat
Mahasiswa-Pasca
a.
Kepemimpinan Transformasional
b.
Demografi
c.
Sejarah Lokal, Nasional, Global
d.
Pengorganisiran Komunitas
e.
Geopolitik, Georkonomi, Geokultur
f.
Strategic Planning
g.
Monev
h.
Fund-raising
i.
Financial Integrated Planning
5.
Kajian Lanjut
(speasialisasi)
a.
Tahfidz dan Tafsir
b.
Falsafatut Tasyri’ dan Ushul-Fiqh
c.
Pemikiran dan Peradaban Islam Global
d.
Pemikiran dan Peradaban Barat
e.
Pesantren Based Community Development
E. Fasilitas
1.
Perpustakaan Tiga Bahasa
2.
Jurnal Internasional (National Geography)
3.
Jurnal Nasional (prisma)
4.
Majalah Mingguan Nasional
5.
Koran Nasional
6.
HotSpot Internet
7.
Dll