Judul buku : Meraba
Indonesia
Pengarang : Ahmad Yunus
Penerbit : Serambi
Sebuah perjalanan
mengelilingi Indonesia dilakukan oleh dua wartawan bernama Farid Gaban dan
Ahmad Yunus dalam rangka mengekspos segala kekayaan yang Indonesia miliki.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan aneka ragam budaya dan kekayaan
alam yang melimpah. Namun, semua itu tidak menjamin dapat rakyatnya hidup
sejahtera, bahkan kondisi yang ada sekarang justru sebaliknya. Mayoritas
penduduknya hidup dalam kemiskinan dan masalah yang ada kian bertumpuk.
Penjajahan Belanda
merupakan salah satu penyebab dari beberapa masalah yang tanggung oleh bangsa Indonesia
saat ini. Salah satunya adalah terpusatnya segala aspek pembangunan di pulau Jawa
yang mengakibatkan tidak meratanya pembangunan ekonomi, sosial, maupun budaya
di tanah air. Pembangunan–pembangunan Belanda yang hanya mementingkan
keuntungannya semata dan tidak memikirkan akan nasib negara jajahannya di masa
depan. Berbeda halnya dengan Inggris. Inggris membangun wilayah jajahannya
dengan memikirkan masa depan dan potensi daerah tersebut sehingga sekarang negara
bekas jajahannya menjadi negara yang sangat maju, seperti halnya Amerika
serikat dan Singapura.
Perjalanan itu di
lakukan dengan hanya berbekal alat-alat sederhana dan cuma mengandalkan sepeda
motor dengan cc rendah. Banyak pengalaman yang mereka dapatkan selama pejalanan
ekspedisi itu. Misalnya, mereka berhasil mengungkap bagian dari wilayah
Indonesia yang tak terjangkau oleh tangan pemerintah yang masih terjaga
keasriannya.
Perjalanan
tersebut dimulai dari eksplorasi ke pulau Sumatra, kemudian lanjut ke pulau
Kalimantan, Papua, dan kembali lagi ke Jawa. Di Sumatra, perjalanan yang kadang
tidak di dukung oleh akses jalan yang kebanyakan masih berupa tanah bebatuan
membuat perjalanan mereka terasa sangat melelahkan. Tapi semua itu terobati saat
mereka melihat pemandangan alam Indonesia yang sangat menakjubkan baik darat
maupun laut.
Masih ada banyak sekali pulau – pulau di tanah air yang tidak
dikenal oleh masyarak Indonesia sendiri. Salah satunya adalah pulau Enggano
yang dulunya pernah di singgahi Portugis. Portugis awalnya mengira pulau
tersebut adalah Maluku yang sangat terkenal dengan hasil rempah-rempahnya. Akan
tetapi, setelah mengelilingi pulau tersebut mereka baru menyadari bahwa mereka
keliru. Kebutuhan pokok di pulau Enggano sangat mahal karena harus dipasok dari
Bengkulu terlebih dahulu. Di sana terdapat rumah sakit, tapi letaknya di tengah
hutan. Sehingga, rumah sakit tersebut tidak terawat dan terbengkalai. Itulah
salah satu nasib dari salah satu pulau terluar Indonesia.
Perjalanan terus berlanjut ke pulau-pulau lain. Ekpedisi akhirnya mampir
di suku Mentawai yang terkenal dengan budaya tattoo. Bagi masyarakat
Mentawai, tattoo merupakan tanda dewasa bagi anak laki-laki. Selain di
kenal dengan tattoonya, Mentawai juga memiliki tingkat keanekaragaman fauna
yang luar biasa. 60 % hewan di pulai ini
merupakan satwa endemik. Namun sayangnya, banyak dari mereka yang malah di
perjual-belikan secara illegal.
Dari Perjalanan ini tidak hanya ditemui kebudayaan-kebudayaan unik,
tempat-tempat yang indah, ataupun satwa langka, tapi juga tempat-tempat
bersejarah. Misalnya, saat di Bukit tinggi, mereka menemukan rumah Tan Malaka,
Hatta, Syafruddin. Tak hanya sekedar berkunjung, mereka juga berkesempatan menginap
salah satu bangunan bersejarah tersebut.
Ekspedisi mereka berlanjut ke salah satu pulau terbesar di
Indonesia, Kalimantan. Di sana, musim kemarau bisa menjadi tantangan karena
kebakaran hutan akan mudah terjadi dan menjalar dengan cepat. Selain masalah
kebakaran hutan, Kalimantan juga dihadapkan dengan keberadaan hutan alam yang kian
berkurang luasnya. Sebagian besar hutan di Kalimantan telah berubah menjadi
perkebunana sawit. Oleh karena itu, sebagai masyarakat etnik asli Kalimantan, Suku
Dayak yang berada di desa masih menjaga keasrian hutannya. Bagi mereka, hutan
memberikan kehidupan.
Akhirnya, setelah mengenal beberapa budaya dan tempat di Kalimantan,
perjalanan mereka berlanjut menuju Ketapang. Ketapang adalah pulau yang
mempunyai hutan yang lebat dan aliran sungai yang deras. Selain itu, pulau ini juga
memiliki kebun kelapa sawit yang begitu luas. Saking luasnya, sampai-sampai mereka
butuh waktu selama 6 jam perjalanan bermotor untuk keluar dari perkebunan sawit
tersebut.
Miangas merupaka pulau yang terletak di perbatasan Indonesia dengan
Filipina. Kondisi di sana begitu memprihatinkan. Pernah direncanakan
pembangunan bandara dan masyarakat setempat pun menyambutnya dengan positif.
Mereka rela melepas tanahnya untuk kemajuan tanah kelahiran. Namun, pembangunan
tersebut hanyalah rencana belaka dan tidak ada hasilnya. Selain itu, banyak
bangunan fisik yang didirikan oleh pemerintah menjadi terbengkalai dan rusak.
Ekonomi di pulau ini menjadi lumpuh semenjak ada isu bahwa Miangas menjadi
jalur dan tempat keberadaan teroris dari Filipina. Banyak fakta terpendam yang
mereka ketahui dari ekspedisi mengelilingi Indonesia ini.
Papua menjadi
destinasi selanjutnya. Pulau imi merupakan pulau terbesar ke dua di dunia setelah
Greenland. Pulau ini merupakan pulau yang mengandung cukup banyak misteri
terutama di pulau-pulau kecil di sekitarnya. Salah satunya adalah Raja Ampat
yang terdiri dari gususan 600 pulau-pulau kecil. Budaya yang masih kental yang
mereka temui di sana membuat pengetahuan mereka tentang Indonesia semakin bertambah.
Terakhir, Farid
dan Yunus kembali ke pulau jawa. Mereka mengunjungi tempat meluapnya lumpur Lapindo.
Mereka penasaran dengan kejadian yang
menyengsarakan banyak orang dan seakan membunuh kehidupan di Sidoarjo.
Perjalanan mereka
berlangsung selama satu tahun penuh dengan mengendarai sepeda motor. Dari
perjalanan itu, ada banyak cerita-cerita yang di dapat dari orang-orang yang
mereka wawancarai. Semua itu ditulis Farid
dan dan dibukukan sehingga terbitlah buku tentang perjalanan mereka berdua yang
menakjubkan tentang Indonesia.
di ringkas oleh : Siti Khoeriyah
kelas XII di MAN Godean
santri PPM aswaja nusantara