nu

nu

MITOS DAN FAKTA SEPUTAR KESEHATAN 2

MITOS DAN FAKTA SEPUTAR KESEHATAN 2

Erikar Lebang adalah seorang pelaku food combining dan pola hidup sehat sejak 1999. Ia menjadi urban icon dunia kesehatan kontemporer yang sangat dikenal lewat tips kesehatan via komunitas sosial media. Oleh Majalah Intisari, ia dimasukkan sebagai ’50 Tokoh Inspirasi Penerobos Kebuntuan’ Indonesia 2012.
Buku ini merupakan lanjutan dari buku pertamanya, Mitos dan Fakta Kesehatan yang terbit tahun 2012.  Seperti halnya jilid pertama, pada jilid kedua pun tulisannya bersumber dari kicauan twitter Erikar Lebang tahun 2012-2013, dengan 42.000 followers!

Erikar Lebang melalui buku ini menawarkan solusi kesehatan (hidup sehat) dengan cara “pola makan” yang benar agar hidup sehat. Pola makan yang benar adalah kembali ke makanan alami, seperti rajin mengonsumsi buah segar dan sayur-mayur tanpa proses kimiawi (buatan).
Erikar menitikberatkan pada tindakan pencegahan penyakit dan perawatan yang benar. Buku ini berbeda jauh dengan buku kesehatan lainnya. Buku-buku lain selama ini memakai metode kesehatan konvensional yang menekankan proses penyembuhan melalui obat-obatan kimiawi.
SARAPAN DAN MAKANAN
SARAPAN BUAH
Sarapan buah harus menyesuaikan kinerja alamiah tubuh. Pada pagi hari, setelah tubuh mengalami proses metabolisme, tubuh akan mengalami fase pengeluaran sisa ‘kerja keras berbenah’ di malam hari. Waktu idealnya mulai dari pukul 04.00 sampai 12.00.  Pembuangan zat –zat sisa tersebut tak hanya melalui BAB (Buang Air Besar), tapi bisa juga melalui buang air kecil, keringat,  nafas yang kita keluarkan. Energi yang dibutuhkan untuk proses ekskresi (pembuangan zat sisa) sangat besar dengan proses yang rumit.
Itu sebabnya sarapan buah sangat ideal dengan waktu siklus pagi. Kenapa? Buah-buahan sangat cocok karena sifatnya ringan. Lalu buah yang seperti apa? Yang terpenting, buah itu harus berserat, berair serta manis karena matang sempurna.
Buah harus dimakan eksklusif! Jangan campur dengan makanan lain. Fruktosa buah punya sifat merusak jika dicerna bersama makanan lain.Disini kita masih terdoktrin dengan pikiran “Jangan makan buah dengan perut kosong, asam, nanti sakit perut”.  Lalu orang mengkonsumsi buah dengan mengganjal perutnya dengan roti atau nasi. Dampaknya, sakit perut beneran!
Begini penjelasannya:
Buah yang dimakan segar secara utuh maupun dalam bentuk jus buatan sendiri, kaya dengan serat, vitamin, mineral, dan enzim. Semua kandungan buah tersebut dapat cepat sekali dimanfaatkan. Kemampuan dapat terserap dengan cepat tersebut tidak dimiliki oleh fruktosa, gula alami dalam buah. Sehingga, level gula darah tidak akan naik secara instan. Fruktosa yang terserap perlahan tidak memancing produksi insulin dari pankreas.

SEPUTAR KANKER
MEMAHAMI KANKER
Penulis mempunyai seorang teman yang di diagnosa terkena kanker paru-paru. Kepadanya, penulis menyarankan untuk mengubah pola hidup terutama pola makan. Akan tetapi, ia tidak bisa menerima konsep bahwa hal ini dapat menyembuhkan penyakit seperti kanker.  Dia lebih setuju dengan pemikiran bahwa untuk menghadapi kanker kita harus menciptakan kondisi tubuh yang membuat sel-sel kanker mati dengan konsep konsep pengobatan yang dilakukan di rumah sakit.
Beberapa bulan kemudian, teman penulis tersebut menghubunginya dan berkata bahwa semua upaya yang ia lakukan gagal dan kankernya memburuk. Kembali ia datang dan meminta saran. Penulis tidak mengubah sarannya, tetap dengan mengubah pola makan.
Kanker yang semakin memburuk pada umumnya membuat para penderita merasa seperti dijebloskan ke dalam penjara yang penuh kegelapan. Tidak tahu kemana dan harus bagaimana. Penderita umumnya pasrah menjalani pengobatan itu-itu saja, menelan ‘berton-ton’ obat, menjalani siksaan kemoterapi, tapi hasilnya minim.
Apakah kanker serumit yang kita kira? Bila kita mengacu pada bahasan ilmiah ilmu kesehatan konvensional, sampai terkini kanker masih menjadi tantangan para ahli medis yang begitu sulit dan kompleks.

MEMBUNUH KANKER

Sel kanker sama seperti naluri mahluk hidup lain yang tidak mau dibasmi begitu saja. Mereka pasti akan menyelamatkan diri dan berkembang. Pola pikir yang umumnya muncul adalah anggapan bahwa sel kanker itu bagaikan benalu yang berupa sel parasit yang merusak harmoni sistem tubuh. Karena dianggap seperti benalu, sel kanker pasif dan tidak bisa melawan, pasrah saat akan dicabut. Terkadang yang terjadi di masyarakat ketika satu sel kanker telah telah dihancurkan, tapi kemudian mucul di titik lain. Begitu seterusnya, bahkan kadang muncul lagi di tempat dimana dia telah dihancurkan. Kita melupakan hal yang sederhana, sel kanker tidak seperti tanaman benalu yang pasrah saat dicabut dan tidak mengganggu lagi setelah dibersihkan. Sel kanker mempunyai kemampuan survival. Ia tidak rela begitu saja dimusnahkan. Intinya sel kanker akan berusaha menduplikasi dirinya agar hidupnya bisa langgeng di satu komunitas besar, yaitu di tubuh yang mereka diami.
Sebenarnya cara melawan kanker paling efisien adalah dengan memanfaatkan logika tentang pertumbuhan sebuah populasi. Apa yang membuat sebuah populasi berkembang di satu daerah? Pasti ada kemudahan atau daya tarik dari tempat itu untuk didiami. Dengan berdasar pada logika ini, kita buat agar tubuh menjadi areal yang tidak nyaman bagi sel kanker untuk tumbuh dan berkembang biak.
Penemuan Otto Heinrich Warburg, pemenang Nobel pada tahun 1931, bisa menjadi acuan yang sangat vital untuk mengubah pola pikir melawan kanker. Dia menemukan bahwa sel kanker hidup dalam PH yang asam. Sel kanker akan mati-matian mepertahankan PH di kisaran minimal 6.0 agar mereka bisa hidup dan berkembang biak secara leluasa. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa sel sehat adalah sel yang bersifat basa. Dengan mengubah PH tubuh menjadi netral atau basa. Sel kanker akan kehilangan alasan untuk hidup di dalam tubuh. Kita bisa mengacu pada temuan Antoine Bechamp (1816-1908) tentang keseimbangan PH asam-basa tubuh seseorang sebagai penentu kesehatan.
Dr. Young dan Shelton mengemukakan bahwa pola makan yang jauh dari buah dan sayuran segar identik dengan masalah kesehatan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Hiromiya Shinoya, ahli gastroenterologi, bahwa pola makan yang berat seperti mengkonsumsi protein hewani, makanan hasil proses kimia, minuman selain air putih, membentuk karakter harmoni sistem pencernaan tubuh yang sangat buruk. Dr.Warburg, Dr. Young dan Selton dan Hiromiya mengamini bahwa pola hidup yang berbasis pola makan seperti ini menciptakan karakter PH darah tubuh yang berada di wilayah asam. Dr.Young sendiri  mendirikan klinik yang menuntun penderita penyakit, kanker salah satunya, untuk mengubah pola makan mereka agar PH penderita netral cenderung basa. Adapun Herbert Shelton terkenal dengan klinik dan terapi semacam puasa yang berbasiskan buah dan sayur segar.
Berbasis paham demikian, bukankah kanker semestinya lebih mudah dipahami, dipelajari lalu kemudian ditaklukan? Seharusnya begitu. Namun temuan temuan tersebut tidak ditindak lanjuti oleh otoritas dunia kesehatan. Salah satu alasannya mengacu masalah profit komersial. Dalam hal ini temuan Louis Pasteur lebih mudah diaplikasi. Konsep seek and destroy ala Pasteur diadopsi untuk melaawan sel kanker, diantaranya semua pengobatan invasif-radiatif. Temuan vital Bechamp dan Warburg harus diakui sulit dikembangkan ke sisi komersial, karena tidak akan didukung oleh industri, less profit. Sementara terkait upaya-upaya seperti medikasi, operasi, kemoterapi menjadi sebuah tambang emas bagi industri kesehatan. Jadi seakan akan cara untuk memerangi kanker hanya dari satu sisi, seek and destroy, bukan pada konsep membuat sel kanker tidak mampu hidup di dalam tubuh.

Disini metode Bechamp dan Warburg mempunyai kelemahan signifikan, yaitu selain tidak mendatangkan profit juga membutuhkan komitmen dan kemandirian. Terkait pola hidup, terutama makan, mau tidak mau penderita  kanker tidak mempunyai orang lain untuk disalahkan kecuali dirinya sendiri. Mengapa ia bisa terkena kanker dan mengapa metode penyembuhannya tidak berhasil. Jawabannya tergantung pada cara ia menjalani hidup.

di ringkas oleh : Ai Widianigrum
santri kelas Imrithi di PPM aswaja Nusantara
Mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UNY

1 komentar: